Rasa takut melahirkan seni mendongeng. Doa, mantra, klenik adalah seni dongeng paling tua. Dewa bervariasi, Tuhan banyak rupanya, klenik berguna bagi yang percaya “lakum dinukum waliyadin” (penggalan surah Qur’an, Al-Kafirun) semua punya hak yang sama.
Tokoh di dalam lagu ‘Klenik’ pergi ke dukun dan menjabarkan semua rasa takutnya. Dia minta jalan pintas, ia bosan buntung – dukun beri ia Mantra Kalackara (mantra Jawa Kuno). Naas, hasilnya nihil – ia kecewa, tapi dukun berkata: “Hidup di kapitalistiwa / Salah tuk merasa kecewa / Tak ada waktu tuk merasa payah, berdiri / Jika kau kecil dan lapar, carilah posisi”.
Praktik klenik berkembang, maknanya pun ikut bergeser. Menulusuri satu, rasanya tak ada ujung. Konotasi klenik kini jadi negatif, asumsinya; banyak yang merasa tertipu karena tak sampai ke tuju. Kalau dipikir, untuk apa ke sana? Di tempat pertama, berani percaya harus siap kecewa.
Lagu “Klenik” jadi katalis 1/4 (Satu Per Empat) usai era “Pasca Falasi” (2020). Dibuat dalam proses jamming, energinya kena sekali jalan. Setelah direkam di ponsel, dan review – tidak ada lagi banyak pertimbangan.
Seperti tokoh di lagu ini, mereka percaya “Klenik”. Melanjutkan 1/4 (Satu Per Empat) macam pergi ke dukun asbun, gambling, tanpa jaminan. Tapi mereka percaya “Klenik”, dan siap kecewa. Untuk itu di pilih jadi pembuka EP bagian pertama: “Semoga Beruntung” – yang nantinya, akan disusul EP bagian kedua: “Nasib Buruk”.
Tahun 2024 ini, mereka jalan bertiga – Audi Adrianto (gitar), Bismo Triastirtoaji (vokal), dan Levi Stanley (drum). Kami baik-baik aja, dan siap untuk aktif bermusik lagi di tahun ini.
Saat ini, 1/4 juga didukung oleh Silver Records, sebuah label independen dari Jakarta yang menaungi Jangar dan Milledenials dari Bali.
“Klenik” sudah bisa didengarkan di seluruh layanan digital platform mulai 8 Maret 2024.